Travel Writing: Desa Wisata Ngringinan

           Hamparan panorama sawah di pagi hari yang membentang luas memanjakaan penghilatan ini, menjadi sebuah sambutan yang baik juga indah bagi saya dan juga teman – teman prodi D3 Kepariwisataan angkatan 2016. Sambutan seperti itu dapat kami semua rasakan saat sampai di Desa Wisata Ngringinan yang berlokasi di Bantul, Yogyakarta. Tepatnya pukul 08:00 WIB, saya dan juga teman – teman angkatan 2016 sudah berkumpul di rumah salah satu warga yang juga menjabat sebagai ketua pengelola dari Desa Wisata ini. Setelah saya menunggu beberapa saat dengan tujuan menunggu kedatangan teman – teman lainnya, kami pun dikumpulkan di salah satu rumah yang tidak lain dan tidak bukan rumah itu menjadi tempat dimana Museum Belanda Bantul dan juga tempat Cooking Class dalam kesatuan paket wisata Desa tersebut berada.
         Sambutan demi sambutan dan juga tidak lupa pengenalan Desa Wisata Ngringinan disampaikan dengan begitu ramah dan juga welcoming kepada kita semuanya. Bapak Windu Kuntoro menjadi warga sekaligus pengelola yang menyambut kami dengan begitu hangat sehinggal bagi saya pribadi kesan pertama menginjakan kaki di Desa Wisata Ngringinan ini menjadi suatu hal yang baik, dan mungkin teman – teman angkatan 2016 lainnya juga merasakan hal yang sama. Setelah selesai dengan sambutan dan juga pengenalan Desa Wisata Ngringinan di rumah tempat Museum Belanda Bantul berada, kami langsung dibagi menjadi beberapa tim untuk melakukan tour atraksi wisata yang berada di desa tersebut. Dikarenakan saya merupakan kelas A, maka tour dimulai dari kelas A berbarengan dengan sebagian kelompok dari Kelas B.
        Atraksi wisata utama yang kami kunjungi dari paket wisata di Desa Wisata Ngringinan ini adalah Gereja Nganjuran. Untuk mencapai ke Gereja Nganjuran ini, kami sedikit berolahraga dengan berjalan yang menurut saya perjalanan menuju Gereja Nganjuran tersebut dapat dikatakan cukup jauh. Sembari berjalanan menuju atraksi utama disana yaitu Gereja Nganjuran, kami juga dijelaskan mengenai hal – hal terkait dengan pengembangan Desa Wisata Ngringinan dan juga sejarah – sejarah berdiri nya Desa ini menjadi Desa Wisata, dan juga masih banyak hal – hal lainnya yang dijelaskan kepada kita semua. Penjelasan itu juga dilengkapi dengan pertanyaan – pertanyaan yang teman – teman saya utarakan kepada Bapak Windu Kuntoro.
            Sebuah gapura yang melambangkan culture jawa zaman dahulu menjadi penyambut saat kami sampai Gereja Ganjuran. Halaman yang luas dan juga asri dengan pemandangan beberapa muda – mudi yang sedang beraktifitas membersihkan pekarangan Gereja Ganjuran tersebut, menjadi sebuah kesan keasrian tersendiri bagi diri saya. Sebuah panorama aktifitas yang menurut saya pribadi begitu sederhana namun menjadikan kesatuan atraksi tersebut terkemas dengan begitu indah dan asri, ditambah lagi cerah nya pagi hari saat itu menambah kesan tersendiri bagi saya pribadi. Sesampainya disana kami dijelaskan begitu banyak sekali sejarah dari Gereja Ganjuran ini sendiri, yang pada intinya adalah membuat saya mempelajari kebudayaan, kepercayaan, dan juga tradisi dari salah satu agama yang menurut saya unik sehingga menjadikan saya memiliki wawasan terkait keberagaman yang pada hakikatnya semua keberagaman itu harmonis. Gereja Ganjuran ini memiliki arsitektur yang cukup unik dikarenakan arsitektur zaman Belanda dibungkan dengan culture jawa menghiasi setiap aspek – aspek dalam Gereja ini. Seperti contohnya terdapat beberapa bangku kursi yang dipakai untuk melakukan aktifitas ibadah disana yang dibuat dengan desain asli Belanda, lalu terdapat juga arsitektur patung yang dipercaya merupakan perwujudan dari Yesus Kristur dan juga Bunda Mariam dalam kepercayaan agama mereka, yang menurut saya itu sangatlah unik karena perwujudan dari patung tersebut memiliki bentuk yang berbeda pada perwujudan Yesus dan Mariam yang biasa saya lihat. Pada intinya banyak sekali keunikan dan juga daya Tarik tersendiri diselimuti dengan berbagai cerita sejarah serta kepercayaan – kepercayaan dari satu agam sehingga mengemas semuanya dengan begitu arif dan unik bagi saya pribadi.

            Setelah kami selesai tour di Gereja Ganjuran tersebut, kami bergeges balik menuju tempat awal kami berkumpul yaitu rumah yang didalamnya terdapat Museum Belanda Bantul. Setelah sampai di titik awal kumpul, kami langsung disambut kembali oleh seseorang perempuan yang ternyata merupakan pengelolan dari jajanan atau makanan Madumongso. Seperti pada umumnya, kami dijelaskan mengenai bagaimana system pengelolaan dari Madumongso sampai saat ini, dan juga bagaiman Madumongso itu dikemas sebagai paket pariwisata kreatif disana. Beberapa pertanyaan juga terlontar dari kelompok atau kloter kami, sehingga menambahkan penjelasan terkiat pengelolaan Madumongso di Desa Wisata Ngringinan tersebut. Setelah itu pada akhirnya, kami mengakhiri kesatuan kuliah lapangan ini dengan makan bersama dan juga terakhir adalah sambutan penutup dari dosen matakuliah untuk Kuliah Lapangan ini yaitu Bapak Fathur. Sebuah kuliah lapangan yang secara keseluruhan memiliki kesan tersendiri bagi saya terutama saat mengetahui unik nya dan khas nya Gereja Ganjuran.    

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Raden Durmagati

Urgensi Kelembagaan